Senin, 29 April 2013

Contoh Cerpen


Hai mas mbak dan semuanya sekalian. kali ini bukan review, cuma mau upload tugas bahasa indonesia. cekidot. :p


Mainan yang Menyeramkan di Malam yang Dingin

Hari itu, hari yang indah bersama kawan ujian tapak suci. Hari yang terlalu indah untuk bertamasya keluar sekolah. Hari yang indah untuk menginap di tempat nan jauh disana. Hingga sekarang, tempat itu masih menjadi tempat yang unik karena jujur saja aku tak tahu alamatnya. Hanya ingatan visual akan tempat itu. Lapangannya, aulanya, lapangan indoor, masjid, ada tk disebelahnya, bahkan hingga kamarmandinya kan selalu ku ingat. Di tempat itulah dua hari satu malam kuhabiskan bersama teman teman dari sekolah lain yang hampir seluruh dari mereka tak satupun ku kenal. Namun, aku tak sendiri, aku bersama teman teman satu angkatan yang mengikuti ujian tapak suci. Mereka juga belum akrab dengan ku. Hanya satu teman yang sangat akrab. Itu pun semata-mata karena ia satu kelas dengan ku.
Seminggu sebelum itu, aku menjalani ujian materi. Ujian yang dengan susah payah aku jalani, bukan karena materi yang tak mudah, tapi karena kekurangan ku dalam menguasai materi yang berat itu sedangkan aku bertubuh gemuk yang tak mudah lentur seperti teman teman yang lebih kurus lainnya. Sebenarnya tak terlalu gendut untuk dibilang gendut, hanya saja aku berisi. Juga didukung dengan kelangkaan ku dalam daftar absen, ya, aku memang jarang masuk. Jangan bertanya kenapa karena jujur saja aku malas menjalaninya, semata mata karena ada teman perempuan yang menurutku cantik. Sayang seribu sayang, ia tidak ikut ujian ini. Membuat ku tak semangat menjalaninya. bukan hal itu yang menarik, bukan juga tentang ujian materi yang tidak ku kuasai.
Setelah lolos ujian yang membuatku semakin tidak semangat menjalaninya, ada ujian di lapangan atau yang kusebut ujian yang sangat sulit. Bukan karena materi yang tidak kukuasai, tapi karena aku baru sekali menjalani ujian ini, bukan karena ketidak hadiran ku dalam ujian sebelumnya, tapi karena tahun lalu yang seharus nya diadakan ujian kenaikan tingkat, dibatalkan secara sepihak oleh gempa yang mengguncang Jogja. Tapi, hal itu tak mematahkan semangat ku. Aku dan teman teman ku berangkat dari sekolah, setelah pembekalan tentunya. Karena pada pembekalan aku tak berangkat, aku tidak dapat kelompok sendiri. Kelompok memang tidak terlalu perlu, tapi, aku tidak kebagian jatah untuk memakai tikar yang tidak ku persiapkan sebelumnya. Hal itu membuatku tidak memiliki pilihan untuk mengikuti tahap kedua ini, karena sudah separuh perjalanan, tidak asyik kan jikalau akhirnya mundur. Berbekal rasa cemas tidak mendapat tikar, aku menuju tempat pemberangkatan. Di halaman sekolah. Disana aku mendapat janji jatah tikar karena memang temanku yang mendapat jatah membawa tikar. Toh tambah satu anggota untuk memakainya kan tidak mengganggu. Lunas sudah urusan tikar. Dengan bus yang sesak pun kami berangkat. Aku dan teman ku duduk di bangku paling depan, tapi hal itu tidak menjamin jika aku mengetahui jalan yang kulalui. Sama sekali tidak tahu. Perjalanan yang hanya ku habiskan melongo memikirkan apa yang terjadi setelah kami sampai. Pertanyaan itu menambah sesak bus yang sebenarnya tidak nyaman itu. Ditambah lagi dengan teriknya sinar matahari yang tepat diatas kepala. Belum tuntas pertanyaan itu menyerbu pikiran ku, tiba tiba bus berhaenti beriritan, tanda aku sudah sampai di camp. Begitu sampai, pertanyaan yang tadi sempat menggunung pun meledak ledak. Hilang entah kemana. Tinggal kesibukan orang orang yang ada disekitarku hendak mencari tempat aman untuk meletakkan barang-barang. Aku yang saat itu hanya punya handphone tak khawatir akan harta benda ku yang ku bawa. Aku mencari teman yang menjanjikan tikar itu. Aku meletakkan tas ku didekat tas teman dari satu sekolah.
“Bro ini tikarmu kan?” tanyaku sedikit mengintimidasi.
“iya” kata temanku mengiyakan saja.
“oke makasih” kataku sambil meletakkan tas.

Disinilah hal yang menyenangkan dimulai, bertemu dengan orang lain yang banyak, berkumpul di lapangan untuk mendengarkan entah apa yang dikatakan oleh ketua pelatih tapak suci yang ada di Jogja. Pria setengah baya yang berdiri didepan memimpin upacara pembukaan. Tentu saja beliau mengucapkan selamat datang. Setelah upacara yang membosankan itu kami pun istirahat sholat dan juga makan. Setelah itu kami mandi untuk persiapan acara di malam hari. Kamar mandi yang terbatas itu diserbu ber ratus-ratus orang. Alhasil bukan air yang didapat untuk membasuh badan, hanya keringat yang mengalir tak henti henti karena kami jelas “keroyokan” memperebutkan kamar mandi. Niat untuk mandi pun sudah hilang. Aku memutuskan untuk tidak mandi karena terlalu lama menunggu. Akhirnya aku bersantai didalam camp yang sebenarnya adalah lapangan indoor yang biasanya digunakan untuk tenis. Lapangan ini memiliki banyak lampu neon berukuran besar. Setelah itu peluit tanda mulai acara pada malam hari sudah dikumandangkan, setelah sholat isya, kami berkumpul dilapangan yang tadi digunakan untuk mendengarkan upacara pembukaan. Ternyata kami mendapatkan tempat paling pojok untuk berbaris. Kami pikir di paling kanan itu mengasyikkan karena dapat udara langsung dari padang rerumputan yang gelap itu. Disana aku mendapatkan pengalaman pertama tentang ditakut takuti oleh pendidikan mental. disaat itu aku sangat terharu. Tak mampu berkata lain selain ingin segera meminta maaf pada orangtua atas dosa yang telah kuperbuat. Disuasana yang sedang haru tersebut, panitia ujian ini memberitahu acara selanjutnya yaitu jurit malam. Di tempat yang paling kanan, rumor tentang jurit malam telah menyeruak. Hal yang menurut mereka menyeramkan. Aku pun tahu akan hal itu. Tapi semangat ingin tahu dan juga semangat teman temanku yang membara mengusir semua ketakutan itu jauh jauh karena saat itu masih suasana setelah sholat isya. Ternyata jurit malam itu dilakukan urut dari barisan paling kiri. Apa? Barisan paling kiri? Ya, kami belum menyadari abhwa itu sekaligus menyatakan bahwa kami akan menjadi kelompok terakhir hingga bosan sudah melanda ketika aku menunggu berjam-jam. Waktu terus berlalu disana. Bosan dan rasa kantuk semakn menyerang. Ada yang sudah tidur karena tidak mampu menahan godaan dari angin sepoi-sepoi. “apa apaan ini, udah malem banget. Ngantuk tau. Ga punya perasaan banget sih ditaruh diujung.” Kata seorang teman yang sedang naik pitam karena bosan. Waktu di jam yang tetap berdetak dimalam itu pun menunjukkan hampir tengah malam. Kelompok yang sudah berangkat pun semakin banyak. Diiringi kelompok yang sudah berdatangan dan mempersiapkan diri untuk kemudian tidur. Aku sangat iri pada mereka. Hingga tersisa beberapa kelompok saja yang belum mendapat giliran. Rasa iri menjadi rasa cemas karena jujur saja sudah mulai mendekati tengah malam. Begitu jiga menjadi kelompok terakhir yang mendapat giliran. Hingga nama kelompok kami diundang, rasa cemas terus mengalir di seluruh aliran darah. Namun rasa cemas langsung hilang sesaat setelah kami mendapat pembekalan untuk melakukan jurit malam.
Bukan rasa senang yang datang menggantikan. Sayangnya, hanya rasa takut. Jalan didepan sangat gelap. Padahal senter yang kami bawa tak melebihi nyala sebah lilin di daerah yang sangat gelap. Hampir tak bercahaya. “aku takut nih”, suara yang terdengar dari gumamana dari hampir seluruh anggota kelompok. Kami memulai perjalanan ini dengan kisah menyeramkan. Kami berjalan menjauhi pos pembekalan. Dengan darah memusat di mata yang kesulitan melihat di gelap, kami berjalan mendekat lampu penerang jalan yang sebenarnya itu merupakan tempat dimana ketakutan kami memuncak. Kami melihat sesosok bayangan yang tak dapat kami lihat wajahnya karena terhalang lampu penerang jalan yang sangat terang di kawasan itu. Ia membawa sesuatu benda dibelakang punggungnya. Benda itu pun sama sama tak terlihat lantaran sinar lampu tepat berada diatas orang dan benda dibalik punggungnya. Rasa takut merajalela, sayng sekali, ketakutan itu tidak saja dialami oleh ku yang memang penakut, tapi juga dirasakan oeh seluruh kelompokku. Kami tanpa aba aba ytang jelas secara bersamaan berlari menjauhi lampu jalan itu dan menuju guru pembimbing di pos satu yang tak lain adalah pos pembekalan. Kamii lari terbirit birit bagaikan sebuah rusa yang dikejar seekor singa. Guru yang ada pun keheranan melihat kami. Mereka memarahi kami karena kami sangat penakut dan tidak mimiliki keberanian.
“Kalian kenapa? Ada apa sih?”, kata guru memarahi kami. “anu pak, ada preman.” Jawaban entah dari mana keluar sendiri. “jam segini ada preman? Gak mngkin lah. Kalian kan juga tapak suci, ngapain takut?”. Jawab guru itu mengusir kami.
Akhirnya dengan rasa takut bercampur kesedihan karena dikatakan penakut kami berjalan menjauhi pos pembekalan. Itu juga berarti kami berjalan mendekati tiang tadi. Tiang ber orang yang tak bermuka dan membawa benda mencurigakan. Ternyata setelah orang menyeramkan itu berjalan menjauhi lampu, mukanya perlahan lahan terlihat. Benda mencurigakan itupun juga terlihat wujud aslinya. Ternyata sosok yang membuat sepuluh orang itu lari terbirit birit hanyalah seorang penjual mainan yang menggendong mainan dibelakang punggungnya yang berjalan menunduk karena terlalu berat membawa mainan yang sangat banyak itu. Mainan yang justru membuat kami takut. Setelah melihat sosok asli orang tadi, jujur saja rasa takut menghilang untuk sesaat. Hingga kami berbelok sesuai petunjuk pos pembekalan, kami berjalan terus didalam gelap ditemani sinar senter yang benar-benar seadanya. Kami melewati mobil yang terparkir ditinggal tidur pemiliknya didalam rumah, namun dikaca itu terlihat sosok menyeramkan yang ternyata hanya wajah kami yang dilihat dengan mata yang mengantuk. Kami juga berpapasan dengan truk yang sama nasibnya seperti mobil tadi. Kami takut karena sepertinya truk itu memuat barang yang menyeramkan, ternyata hanya kosong.
Setelah jalan yang gelap kami lalui, sampailah di pos kedua, pos yang menguji kemampuan menghapal surat pendek karena seluruh dari kami yang mengikuti kenaikan tingkat beragama islam. Pos kedua kami lalui dengan mudah karena rata-rata dari kami sudah banyak menghapal surat pendek. Kemudian kami melanjutkan perjalanan yang tidak begitu gelap di pos tiga. Kami melihan ada kuburan didekat pos ke tiga. Kami sudah ketakutan karena menebak akan dimasukkan kedalam kuburan. Ternyata kami hanya disuruh mencari jangkrik. Karena waktu sudah mepet, dan juga diiringi rasa takut tentang kuburan, kami mencari jangkrik tidak dengan jongkok. Bodohnya, kami justru malah berdiri, kami pun dimarahi karena tidak sesuai keadaan. Kami menutup pos ketiga dengan rasa sangat malu.
Kami melanjutkan perjalanan ke pos terakhir yaitu pos ke empat. Ternyata bukan tugas yang kami dapatkan. Tetapi hanya kata yang sebenarnya mendidik, namun hal itu tak merubah ketakutan kami menjadi sebuah perasaan yang lebih normal untuk dirasakan. Suasana justru semakin mencekam ketika kami harus berjalan melewati tempat gelap yang nyaris bagaikan jalan yang tak berujung.  Kami melewati lapangan bola yang gelap sambil jalan cepat karena sudah mengantuk. Aku diposisi terakhir, aku mencoba menyusul namun aku menginjak sesuatu yang sangat lunak, seperti balon yang berisi air, namun aku tak berani untuk mengeceknya karena sudah terpikirkan hal yang tidak tidak. Kaki bagaikan ingin berlari sendiri, tubuh yang lelah ingin segera mengakhiri semuanya, jantung berdetak lebih cepaat mendahului langkah lari kakiku. Aku berlari lebih cepat dari sebelum menginjak benda itu. Aku jauh meninggalkan teman teman ku. Akhirnya kami sampai. Habislah sudah seluruh nyawa ku. Habislah sudah perjalanan yang mencekam. Kami menutup mata dengan terbayang bayang apa yang kami lalui semalaman.
Dipagi yang dingin nan menccekam itu kami masih tetap tak melupakan hal yang seharausnya dimiliki hampir seluruh anak dikolong bumi ini, namun,  hal yang lazim mengisi otak anak seusia kami mengubah kami menjadi sekelompok rusa yang berlarian dikejar singa yang sedang kelaparan. Ya, begitu juga penjual mainan yang setiap hari mengisi waktu istirahat jam sekolah kami yang sesaat berubah menjadi badut yang mengintai anak-anak dimalam hari. 

Minggu, 07 April 2013

Xperia Miro Review


Yo bro aku balik lagi. Gadget baru? Yes. Kali ini aku mau review gadget terbaru gan. Masih dari sony mobile. Gadget yang satu ini harganya gak begitu melayang. Sekitar 2jt an. Ya, xperia miro. Warna yang gw daper putih. Gadget ini aku beli buat menyandingi xperia u yang habis kehujanan dan agak hang, ya maklum lah karena kecerobohan pengguna, bukan pabrikan. Sebenernya aku mau review smart andromax tab 7.0 tapi lagi panas masalah miro di salahsatu website handphone di Indonesia.
Umurnya baru seminggu, dan itu aku puas. Tidak seperti review yang ada di luar. Ini testimoni pengguna asli yang udah punya 6 gadget android. 2 sony, 3 sony ericsson, 1 andromax tab 7.0. saya sudah ahli membedakan mana yang bagus mana yang tidak.
Dari segi bentuk, itu sangat menggembirakan. Warna putih yang saya dapat tidak mudah kotor. Lampu illuminasi sangat indah. Nyaris seperti xperia u. Ditambah aplikasi dari google play yaitu illumination bar. Bentuknya nyaman digenggam. Tipis juga. Namun terlalu lebar dan panjang. Gak masalah buat orang bertangan besar. Namun saja. Tidak ada tombol shutter kamera. Dulu aku pikir sangat mengganggu. Namun ternyata tombol half shutter untuk memfokuskan dapat digantikan di shutter layar. Dengan cara menyentuh shutter di layar, setelah fokus baru dilepaskan tangan kita dari layar. Dan kamera akan memfoto.
Dari segi dapur pacu. Awalnya saya agak kaget karena gadget ini masih menggunakan 800MHz. Tidak seperti gadget Mid end lainnya. Tapi itu masih normal. Kecepatan clock processor tidak begitu berpengaruh untuk penggunaan normal. Masih mulus saja. Dari segi grafis, setahu saya menggunakan adreno 200. Grafis standar yang tidak buruk tapi tidak terlalu wow. Ram nya masih standar yaitu 512. Cukup untuk penggunaan agak berat.
Disenjatai kamera 5megapixel, dengan auto fokus dan flash, kamera dari hasil jepretan sangat memuaskan. Namanya saja sony. Namun, ada miss nya yaitu tanpa face detector dan smile shutter. Ada juga fitur yang dilewatkan yaitu tanpa intelegent auto dan tombol shutter fisik. Tapi itu tidak terlalu berpengaruh. Kualitas video masih VGA, tapi, untuk saat ini HD video recording memang masih belum menjadi fitur wajib, mengingat juga memori yang cepat dihabiskan oleh kualitas video HD. Dan juga masih jarang dipakai..
x-loud merupakan fitur standar di hanphone sony. Fitur itu juga tersedia di miro. Suara speaker jernih. Tidak ada miss nya. Speaker terletak dibawah logo liquid dan tulisan xperia di bagian belakang. Fitur walkman pun berjalan mulus. Lampu illuminasi juga akan berganti warna seiring bergantinya warna album art. Fitur headphone surround juga tersedia jika disandingkan dengan heatset bawaan sony MH-410c yang dikhususkan untuk sony bukan sony ericsson.  Suara yang dikeluarkan juga bagus. Ingat, debawa dengan nama SONY.
Layar berukuran 3,5 inchi menghiasi bagian depan dengan tiga tombol sentuh dibagian bawah dan ada illuminasi di bawah tombol sentuh dan diatas tulisan xperia. Layar nya berkualitas standar, dengan kerapatan pixel yang jauh dari xperia u. Yaitu 165ppi. Namun itu tidak menurunkan kualitasnya. Hanya saja belum ada Bravia Engine yang sudah built in. Namun sekali lagi tidak mengecewakan. Ada satu yang hilang yaitu sensor cahaya. Hanya ada led pemberitahuan, proximity sensor 1,2 di atas layar. Tapi kontras yang diberikan lebih baik dari xperia u.
Mengusung sistem oprasi Ice Cream Sandwich, miro berjalan dengan indah. OS yang digunakan berbeda dengan Xperia U walaupun sudah sama sama 4.0.4. hanya berbeda built version. OS nya lebih identik dengan Xperia Mini ataupun Live With Walkman yang masih menampakkan nama sony ericsson.
Dalam paket penjualannya anda akan mendapatkan kelengkapan standar, yaitu headset MH-410c, Kepala Charger EP-800, kabel data EC-450. Jadi anda tidak mendapatkan bonus micro SD dan Screen Guard. Namun itu semua kan hanya Optional mengingat memori internal nya ada 3GB dan memori telpon 1GB. Kelengkapan itu juga sama dengan pendahulunya yaitu xperia u. Jadi anda masih tidak mendapatkan kabel USB OTG.
terdapat 4 pilihan warna. putih dengan bagian bawah silver. putih dengan bagian bawah emas/kuning, hitam dengan bagian bawah pink, hitam dengan bagian bawah hidam. lihat foto

Sekian review tentang miro, ada kurangnya aku mohon maaf.
NOTE: kesalahan yang banyak dirumorkan tidak terjadi pada Xperia Miro yang saya punya. Pemutar Walkman, Efek suara, Pemutar Video, pembacaan memori SD semua berjalan lancar. Jadi jangan berfikir buruk tentang apa yang dikatakan orang lain. buktikan dahulu bro/sis. tidak semua yang beredar di dunia maya itu nyata. Terimakasih. :D. SONY, MAKE BELIEVE.